MEDIA SUARA INDO – Hujan yang mengguyur Kota Semarang dari pagi sampai sore hari, tidak menyurutkan semangat para peserta arak-arakan atau Kirab Dugderan di Semarang hari Sabtu, 09/03/2024.
Kirab Dugderan di Semarang menjelang bulan Ramadan berlangsung cukup meriah dengan penampilan akulturasi budaya. Kondisi hujan tidak menyurutkan antusiasme peserta dan warga penonton.
Sebelum acara dimulai, hujan deras sempat mengguyur Kota Semarang. Hujan sempat reda, namun kembali deras. Acara dimulai ditandai dengan kehadiran Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang berperan sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum dan Forkopimda di tenda VIP.
“Sudah setahun, sudah Dugderan, tidak terasa pada hari ini dilaksanakan Dugderan dalam rangka persiapan menjelang bulan Ramadan. Harapan penuh keikhlasan puasa datang, dapat berkah. Ini sebagai rangkaian nguri-uri budaya dalam rangka kegiatan menjelang kegiatan bulan Ramadan,” kata Wali Kota yang akrab disapa Ita tersebut, di Balai Kota Semarang, Sabtu (9/3/2024).
Prosesi Dugder tanda menjelang bulan Ramadan ini sudah dimulai sejak tahun 1881 Masehi oleh Kanjeng Raden Mas Arya Adipati Purbaningrat sebagai Bupati Semarang kala itu. Ada beberapa prosesi sakral dalam tradisi ini.
Diawali dengan penampilan tarian tradisional Warak Ngendok di Lapangan Balai Kota Semarang, kemudian Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum membacakan amanatnya dalam bahasa Jawa. Upacara Dugder ini memang digelar dengan bahasa Jawa termasuk para petugas upacaranya
Prosesi yang dilakukan di Balai Kota yaitu Wali Kota menabuh bedug. Prosesi ini digelar di tengah hujan. Usai bedug ditabuh, Wali Kota dan Forkopimda menuju Jalan Pemuda melakukan pecah kendi. Mereka kemudian menaiki kereta kencana yang sudah bersiap di Jalan Pemuda untuk memulai perjalanan menuju Masjid Agung Kauman di mana prosesi berikutnya berlangsung.
Dalam rombongan kirab terdapat beberapa pasukan di antaranya pasukan bergada atau kelompok atau grup prajurit yang dikirimkan dari tiap-tiap perwakilan kecamatan di Kota Semarang. Setiap pasukan bergada beranggotakan 40 personel. Dalam rombongan juga ada berbagai komunitas termasuk komunitas Tionghoa dengan rombongan Kera Sakti, Barongsai, dan Liong.
Di Masjid Agung Kauman Semarang prosesi inti digelar yaitu penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada pemeran Kanjeng Bupati. Rombongan kemudian berjalan menuju Alun-alun Kota Semarang yang sudah dipadati warga.
Di sana Wali Kota Semarang membacakan Suhuf Halaqof tanda masuk bulan Ramadan. Kemudian dilakukan pemukulan beduk disertai suara petasan meriam. Dua suara itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan, yaitu ‘dug, dug, dug’ suara beduk dan ‘der, der, der’ suara meriam
(Sando)