Media Suara Indo – Wisata Dung Tungkul kembali akan menggelar Festival Kuliner, Senam Bersama, Permainan Air, gogoh ikan dan Aneka Lomba Anak-anak yang akan di laksanakan hari Minggu 11/06/2022.
Diperkirakan acara ini akan lebih ramai dengan dimeriahkan Live Music. Warga yang menikmati wisata sungai ini juga akan di suguhi dengan aneka makanan tradisional.
Wisata Dung Tungkul merupakan wisata yang sangat menarik, karena terletak di ujung pemukiman warga Rejosari serta dekat dengan wisata religi yakni makam Waliyullah Kyai Haji Abdul Mukti ( Keturunan Prabu Brawijaya V dan Saudara dari Ki AgengPandanaran ). Wisata sungai Dung Tungkul ini sendiri mulai dikelola warga sekitar untuk dijadikan tempat wisata yang akan meningkatkan perekonomian warga sekitar.
Wisata Alam Dung Tungkul yang terletak di kawasan RW 10 Desa Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang ini bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang menyukai wisata berbasis alam.
Wisata Dung Tungkul yang dibuka dan di eesmikan pada Agustus 2022 memberikan sensasi berbeda karena jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota.
Saat ini wilayah sungai Dung Tungkul telah memiliki bebrapa fasilitas yang bias digunakan oleh para pengunjung antara lain tempat duduk, lapak UMKM, Kamar Mandi / MCK, tempat persewaan ban, spot selfie serta adanya lahan parkir yang memadai. Kedepannya wisata sungai Dung Tungkul akan menambahkan beberapa fasilitas lain dengan harapan agar semakin banyak orang yang mau berkunjung dan wisata sungai Dung Tungkul makin terkenal.
Jalil salah satu pengelola Wisata Dung Tungkul kepada awak media mengatakan, Festival kuliner di Dung Tungkul ini menyajikan berbagai makanan tradisional. Makanan jaman dulu yang masih di kenal warga semarang akan di jumpai di Dung Tungkul.
Dung Tungkul juga menyajikan masakan tradisional yaitu aneka olahan makanan khas tempo dulu, dengan pilihan yang beragam.
Antara lain pecel gendar, nasi pecel, gethuk, tiwul, pisang rebus, singkong rebus, jagung rebus, wedang wuwuh, jahe dan aneka jajanan dari kebun warga setempat dengan sistem pembayaran dengan “kepeng” (uang logam), per kepeng seharga tiga ribu rupiah.
Konsep UMKM di Dung Tungkul merupakan konsep tradisional. Artinya, warga yang berjualan tidak boleh mengubah lokasi yang menjadi ciri khas atau ciri yang sudah ada, serta makanan tradisional yang melambangkan kearifan lokal. Lapak untuk jualan warga semua terbuat dari bahan alami seperti bambu dan jerami kering, menyajikan makanan tradisional dari masa lalu.
(Sando)