Wujud Syukur Atas Kelahiran Anak, Warga Watukebo Desa Kalikayen Kab. Semarang Melaksanakan Aqeqah

0 0
Read Time:1 Minute, 52 Second

MEDIA SUARA INDO – Kehadiran jabang bayi merupakan saat-saat yang paling ditunggu oleh orang tua dan keluarga. Kebahagiaan atas kehadiran sang buah hati membuat orang tua bersyukur atas pemberian Tuhan yang tiada terkira itu.

Salah satu bentuk rasa syukur atas kelahiran bayi dengan menggelar acara aqiqah. Aqiqah dilaksanakan dengan menyembelih binatang ternak lalu dibagikan kepada kerabat dan tetangga.

Pasangan Wakid dan septi, warga Dusun Watukebo RT 01 RW 03, Desa Kalikayen Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, menyelenggarakan aqiqah anak ke dua yang bernama Muhammad Kaivandra Alarizky yang baru lahir pada tanggal 5 September 2024.

Acara ini diselenggarakan di rumahnya Dusun Watukebo RT 01 RW 03, pada hari Minggu, 22/09/2024. Suara iringan rebana yang dilantunkan group rebana cukup menjadikan suasana meriah.

Pada malam harinya acara dilanjut dengan pengajian yang dihadiri oleh warga sekitar. Acara tradisi potong rambut pada si anak dilakukan oleh para peserta pengajian.

Di Dusun Watukebo, tradisi aqiqah masih sangat kental. Masyarakat Watukebo percaya bahwa aqiqah merupakan salah satu bentuk syukur kepada Allah SWT atas kelahiran seorang anak.

“Aqiqah merupakan tradisi yang sudah ada sejak zaman dulu. Tradisi ini merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT atas kelahiran seorang anak,” kata Roba’i, kakek dari si anak Alfarisky yang juga merupakan salah satu tokoh di dusun Watukobo.

Menurut Roba’i, aqiqah cucunya ini dilakukan pada hari ke-14, atau setelah kelahiran seorang anak. “Kalau di dusun kami, biasanya aqiqah dilakukan pada hari ke-7 atau ke-14 setelah kelahiran. Hal ini sesuai dengan anjuran para ulama,” kata Roba’i.

Dalam pelaksanaannya, aqiqah di Dusun Watukebo biasanya dilakukan dengan menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Kambing tersebut kemudian dimasak dan dibagikan berupa makanan yang sudah matang (berkat,Jawa) kepada tetangga, kerabat yang di undang dalam kenduri atau pengajian.

“Kami biasanya menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Kambing tersebut kemudian dimasak dan dibagikan kepada tetangga, kerabat,” kata Roba’i.

Roba’i berharap, tradisi aqiqah ini dapat terus lestari di tengah pergeseran zaman. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang perlu dijaga dan dilestarikan.

“Saya berharap, tradisi aqiqah ini dapat terus lestari di tengah pergeseran zaman. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang perlu dijaga dan dilestarikan,” Pungkasnya.

(Sando)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *